SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Faith Minus Love Equals Nothing

December 12, 2010 Series: 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 13:1–13:7

Faith Minus Love Equals Nothing (I Kor. 12:31 – 13: 1-13)

Kotbah: GI Christian Tirtha

 

Perikop ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah disampaikan oleh Rasul Paulus sebelumnya terkait karunia2 rohani dan kesatuan tubuh Kristus di tengah Jemaat Korintus. Dalam pasal2 terdahulu telah disinggung bahwa dalam jemaat Korintus terjadi penyalahgunaan karunia2 rohani. Seorang menganggap dirinya lebih penting dari yang lain, dan karenanya ditegur oleh Paulus (lihat 12: 21). Menurut Paulus, kasih lebih utama dibanding karunia2 rohani. Orang2 di Korintus begitu terpikat dengan karunia2 rohani. Rasul Paulus menekankan bahwa tanpa kasih segala yang ia lakukan seolah penyembahan berhala (ayat 1). Tanpa kasih segala iman dan pangetahuan yang dimilikinya sama dengan nol atau tidak ada gunanya (ayat 2).  Bahkan sekalipun ia melakukan pengorbanan yang sangat besar, tanpa kasih maka hal tersebut tidak ada faedahnya (ayat 3). Dengan kata lain, sekalipun Rasul Paulus memiliki segala kriteria mengagumkan di atas, tanpa kasih semuanya tidak berharga sama sekali.

 

Pertanyaannya: Kasih seperti apa yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus dalam bagian ini? Perikop yang kita baca sebenarnya begitu lugas menjelaskan kasih (Ayat 4-7). Kasih di sana memiliki 3 aspek besar yaitu aspek positif, negatif (dimulai dengan kata ‘Tidak’), dan menyeluruh (ditandai dengan kata ‘Segala sesuatu’). Kata Yunani untuk ‘kasih’ yang dipakai dalam bagian ini adalah ‘Agape’ (Kasih Allah; Kasih tidak-bersyarat). Kasih yang diberikan bukan karena seseorang pantas menerimanya. Kasih itu juga ada sebelum kita dijadikan (di dalam kekekalan). Tidak saja kasih itu kekal, kasih tersebut dapat kita nikmati saat ini.

 

Kasih dalam 1 Kor. 13: 4-7 tidak digambarkan dalam bentuk perasaan (feelings), namun dalam perbuatan (actions). Beberapa commentaries menyatakan bahwa ayat2 Kasih di sini dipersonifikasikan dalam diri Tuhan Yesus. Sabar artinya kasih yang menanggung penderitaan dalam jangka waktu lama. Murah hati adalah kasih yang diberikan kepada orang yang tidak layak menerima (termasuk musuh). Tidak cemburu berarti kasih yang tidak mengingini apa yang dimiliki/dicapai orang lain. Kasih yang tidak memegahkan diri dan tidak sombong merupakan kasih yang dilakukan tanpa harapan dilihat oleh orang lain atau hasilnya tidak terlihat sekarang (termasuk harapan kasih yang timbal-balik), bahkan rela untuk tidak menerima balasan. Kesombongan rohani termasuk didalamnya dimana seseorang menganggap orang lain lebih rendah karena sesuatu yang ia miliki. Kasih bertindak sopan / patut ialah tidak berlaku kasar kepada orang lain. Kasih tidak mencari keuntungan artinya kasih yang rela berkorban bagi orang lain. Kasih tidak pemarah dan menyimpan kesalahan  berarti kasih yang tidak gampang marah dan pahit terhadap orang lain. Tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran – kasih yang tidak bersukacita mengetahui kegagalan saudara kita atau orang lain. Sebaliknya, mengupayakan yang terbaik bagi orang lain (sehingga tidak gagal/jatuh). Dalam aspek komprehensif-nya, kasih yang menutupi, percaya, mengharapkan, dan sabar menanggung segala sesuatu. Artinya, kasih haruslah mencakup segala hal (termasuk kepada semua orang dan di segala keadaan). Menutupi artinya tidak menggembar-gemborkan kesalahan orang atau hal lain. Percaya menunjukkan kasih yang percaya bahwa apa yang dilakukan orang lain adalah untuk kebaikan. Mengharapkan maksudnya kasih yang tidak pesimis (sebaliknya percaya kepada Tuhan). Menanggung berarti kasih yang tidak mudah putus asa ataupun menyerah.

 

Yesus adalah teladan kasih utama kita. Standar kasih yang diuraikan dalam 1 Kor. 13 harusnya menjadi standar kita juga dalam menyatakan kasih. Lebih lanjut, kasih kita kepada Allah juga mencakup aspek horizontal (sosial). Artinya, kasih kepada Allah juga diikuti dengan kasih kepada sesama. Penggunaan dirinya sendiri dalam ayat 1-3, dimaksudkan Rasul Paulus guna menyadarkan kita bahwa semua karunia rohani yang kita miliki kelak harus kita pertanggungjawabkan di tahta pengadilan Allah. Tantangan bagi kita adalah apakah kita telah mengasihi Allah dengan mengasihi sesama kita. (Ivan)

More in 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

January 7, 2018

The Time is Short

December 20, 2010

Love Never Ends

December 5, 2010

Come to the Lord's Table