SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

The Love of God

February 12, 2012 Speaker: Prof Sen Sendjaya

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: John 3:16–3:21

Kasih Allah (Yohanes 3:16-21)
oleh Dr Sen Sendjaya

Dalam Yohanes 3:16 kita menemukan esensi Injil, yaitu kelahiran, kematian, kebangkitan dan kedatangan Yesus kembali. Injil relevan bukan saja untuk orang yg belum percaya atau petobat baru, tetapi untuk oragn Kristen juga, karena kita hanya bisa bertumbuh dari Injil. Seluruh doktrin berpusat dari Injil Yesus Kristus. Kasih Allah kepada manusia menjadi motivasi Injil. Ada 3 hal yg kita akan lihat bersama:

Pertama, Keajaiban kasih Allah. Kata ‘dunia’ dalam Yohanes 3:16 menunjuk kepada manusia dengan system nilai yg sudah tercemar oleh dosa dalam pemberontakan mereka kepada Allah, namun tetap dikasihi Allah. Inilah kasih ajaib yg membawa Yesus dari surga turun ke dunia. Allah mengasihi bukan karena kita layak dikasihi (loveable), tetapi justru karena dikasihi Allah maka kita sekarang menjadi loveable. C.S Lewis menjelaskan keajaiban kasih Allah ini bahwa that’s His Nature, God is love. Allah Tritunggal mengasihi orang berdosa karena Dia ingin share bagaimana rasanya mengasihi satu sama lain secara sempurna seperti kasih Intra-Trinitarian love antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yg sempurna dan kekal. Yohanes 1:10 menyatakan bahwa Kristus datang ke milik-Nya, walaupun ciptaan-Nya menolakNya

Kedua, ukuran besarnya kasih Allah dapat dilihat dalam diri Yesus. Yohanes 3:16 mengatakan karena Allah sangat mengasihi dunia maka Dia mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal untuk mati menebus dosa supaya kita tak hanya mengasihi diri sendiri lagi tapi Dia. Allah mendemonstrasikan kasih-Nya kepada kita seperti dinyatakan dalam Roma 5:8; pada waktu kita masih berdosa Kristus mati untuk kita. Inilah ultimate expression dari kasih Allah. Karenanya, dalam kesulitan kita akan ingat Yesus sudah datang sebagai bentuk ekspresi konkrit kasih Allah walaupun kita terus berdosa kepada-Nya.

Kasih Allah yang ajaib membuat kita tak merasa butuh pengakuan orang lain karena sudah diterima tanpa syarat secara sempurna oleh Yesus. Apakah Anda sungguh telah memahami, meresapi, merasakan kasih Allah dalam hidup kita sedemikian sehingga kasih tersebut mentransformasi hidup kita?

Ketiga, tujuan kasih Allah melalui Yesus Yohanes 3:17 menjelaskan bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk menghakimi dunia, tapi untuk menyelamatkannya. Tujuan kematian-Nya adalah untuk menebus dosa manusia sehingga kita tak mendapat penghakiman, tapi karunia dan hidup yang kekal.

Apakah kita masih perlu injil apabila bermoral baik dan sudah punya segalanya? Jawabannya muncul dalam percapakan dgn Nikodemus. Yesus berkata kepada Nikodemus di Yohanes 3:3 kalau seseorang tak dilahirkan kembal, ia tak bisa melihat kerajaan Allah. Di ayat 4, biarpun Nicodemus mengakui Yesus sebagai utusan Allah, sebagai seorang yang sangat saleh beragama, bermoral, dan beramal, ia menganggap janji Yesus akan kelahiran dan permulaan baru tak masuk akal. Yesus menjelaskan lebih dalam di ayat 5 bahwa seseorang harus lahir dari air dan Roh (mengutip Yehezkiel 36:27). Dia menjelaskan untuk masuk ke kerajaan Allah hanya melalui karya Roh Kudus yang misterius yang melahirbarukan orang berdosa. Allah Bapa mengaruniakan Anak, Allah Anak mengaruniakan Diri-Nya, Allah Roh Kudus mempertobatkan orang kembali kepada Allah Bapa. Inilah karya keselamatan Allah Tritunggal.

Di dalam Yohanes 13:14 Yesus juga mengutip Bilangan 21:9 bahwa Anak Manusia harus ditinggikan, yang mengacu kepada kematianNya di kayu salib. Keselamatan kita hanya terjadi saat kita berpaling dan menatap kepada Kristus, bukan dengan jasa dan kesalahen agama kita. Janganlah halangi sinar kasih Allah untuk masuk dengan dosa dan perbuatan moral kita. Mari kita kembali ke Injil, membuka seluruh topeng kita untuk memahami dan mengenal betapa panjangnya, dalamnya, lebarnya dan tingginya kasih Allah di dalam Kristus Yesus. (Diringkas oleh Sandy)