SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Leaders as Fathers

June 27, 2010 Speaker: Prof Sen Sendjaya Series: 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 4:14–4:21

Leaders as Fathers (1 Korintus 4:14-21)

Kotbah: Dr. Sen Sendjaya

 

Seberapa penting peran seorang ayah di dalam kehidupan seseorang? Di dalam catatan sejarah dunia kita yang gelap, tercantum nama para tiran yang “terkenal” semacam Mao, Hitler, Stalin, Mussolini, dan Pol Pot. Satu konklusi yang menarik dapat ditarik dari hidup mereka: absennya kepemimpinan seorang ayah yang mengasihi membuat mereka menjadi tiran. Contoh ini menunjukkan demikian pentingnya peran kepemimpinan seorang ayah di dalam suatu rumah tangga. Bagaimana dengan konteks gereja Tuhan?

 

Menurut Paulus, motivasi kepemimpinan Kristen seharusnya seperti seorang ayah kepada anaknya, di dalam dua hal: menjadi teladan dan mendidik anaknya di dalam kasih. Mari kita lihat ayat per ayat dengan seksama. “Countless guides, but not many fathers.” Kepemimpinan seseorang kepada sesama jemaat Kristus yang lain harus disertai dengan parental motive, baik seperti ayah mau pun ibu, dengan fokus kepada ayah di dalam bagian ini. Terkhusus di dalam pasal ke-4, Paulus berkata bahwa pandangan jemaat Korintus terhadap mereka, para rasul, yang salah, yang telah ditegur dengan keras karena kesombongan mereka, ditujukan bukan untuk mempermalukan mereka, tetapi agar jemaat Korintus mengerti bahwa Paulus berkata demikian seperti seorang ayah kepada anaknya. (ay. 14, c.f. 1 Kor 4:1, 6:5) Di ayat ke-15, kata ‘pendidik’ yang dipakai Paulus, di dalam bahasa aslinya, adalah kata yang diturunkan menjadi kata ‘pedagogy’ – ‘pendidikan anak’. Di dalam konteks zaman itu, para pedagogos, atau guardian, adalah budak-budak pilihan yang mampu mengajar, mendidik dan menjaga anak-anak tuannya. “Apolos dan Kefas menjadi pendidik yang sedemikian bagi kamu, tetapi akulah ayah rohanimu.” Perhatikan bahwa Paulus mengerti bahwa predikat ‘bapa’ tersebut berbeda dengan yang Tuhan Yesus maksud (c.f. Mat 23:9, 1 Cor 8:6). Biarlah kita mengerti bahwa bukanlah suatu relasi ketergantungan ayah-anak yang Paulus teladankan, tetapi ia berbicara mengenai motivasi seorang ayah kepada anak.

 

“Be imitators of me.” Apa yang Paulus maksud dari nasihatnya, untuk menuruti teladannya (ay. 16)? Di dalam budaya saat itu, apa yang dilakukan oleh ayah akan dijalani oleh anaknya, termasuk pekerjaannya. Maka, yang ada di pikiran Paulus adalah demikian: “Karena engkau adalah anak-anakku, dan aku adalah ayah rohanimu, di dalam Kristus Yesus, maka segala yang kulakukan di dalam Kristus Yesus, turutilah!” Apa yang kita turuti daripada teladan Paulus? Imannya – di dalam keinginannya untuk mendapati Kristus Yesus yang tersalib sebagai segalanya di dalam hidup. Hal ini adalah suatu hal yang paling sulit bagi seorang pemimpin Kristen. Kita membutuhkan para mentor yang dapat dipanuti, diteladani oleh jemaat yang lain, di dalam Kristus Yesus. Ayat ke-17 menunjukkan bahwa Paulus, yang tidak dapat hadir bersama mereka, mengirim Timotius. Untuk apa ia diutus ke Korintus? Untuk mengajar kitab Perjanjian Lama? Untuk memperlengkapi mereka dgn doktrin? Bukan. Timotius yang akan memperingatkan mereka hidup yang dituruti oleh Paulus di dalam Kristus. Tanpa hidup yang mendukung segala doktrin dan pengajaran yang kita mengerti, betapa gereja menjadi cacat cela di hadapan dunia.

 

“To admonish you as my beloved children.” “Menegur” (ay. 14) dan “dengan cambuk” (ay. 21) adalah dua kata yang Paulus pakai di bagian ini. Di dalam kata lain, memperingatkan dan mendisiplin adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Seorang pemimpin Kristen harus memperingatkan – untuk membawa orang itu ke jalan yang benar; “to put sense to someone’s head” (c.f. Kis 20:30-31, Efesus 6:4). “Haruskah aku datang kepadamu dengan cambuk?” Maksud dari ‘cambuk’ adalah Paulus akan melakukan disiplin diantara mereka, yang ia akan lakukan di dalam kasih. Pada waktu kita memiliki tendensi mengasihi seseorang tanpa disiplin, maka kita akan menjadi seorang yang permisif. Di gereja, pemimpin akan menjadi seorang badut yang memanjakan anak-anak rohaninya. Namun, ingatlah, bahwa ketika kita mendisiplinkan seseorang tanpa kasih, maka mereka akan sakit hati, pahit hati, dan mungkin menjadi ‘tiran’ seperti contoh di atas. Mari kita ingat bahwa disiplin dan kasih bergandengan untuk membesarkan mereka, yang didisiplinkan, di dalam Kristus. Inilah esensi daripada kepemimpinan Kristen.

 

through the gospel, I became your father in Christ Jesus.” “Bagaimana seorang menjadi ‘ayah rohani’?” Paulus berkata, kepada jemaat di Korintus, dan kepada kita juga, bahwa ia menjadi ayah karena ia telah mencicipi Injil tersebut, yaitu kasih Bapa di dalam Kristus Yesus, sebagai seorang anak. Kasih Bapa yang menjadikannya seorang anak itulah yang Paulus pegang teguh, sehingga ia dapat menjadi seorang ayah bagi anak-anak rohaninya. Bagaimana seorang menjadi pemimpin seperti ayah? Jawabannya bukanlah menjadi ayah terlebih dahulu, tetapi dengan mendalami kasih Sang Bapa sebagaimana seorang anak.

More in 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

January 7, 2018

The Time is Short

December 20, 2010

Love Never Ends

December 12, 2010

Faith Minus Love Equals Nothing