SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Pengantar

Apa tujuan akhir manusia?
Tujuan akhir manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya.

Apa satu-satunya pengharapanmu, baik di dalam hidup maupun kematian?
Bahwa aku bukan milikku sendiri, tetapi baik jiwa maupun tubuh, dalam hidup maupun kematian, adalah milik Juruselamatku yang setia, Yesus Kristus.

Sepasang pertanyaan dan jawaban di atas merupakan pembukaan dari kedua katekismus: Westminster dan Heidelberg. Kita mendengar gaungnya di kebanyakan pengakuan iman yang kita kenal sekarang. Kata-kata ini kita kenali dari berbagai kotbah dan buku, tetapi banyak orang tidak tahu darimana asalnya dan tidak menghafalnya sebagai bagian dari katekismus.

Hari ini banyak gereja dan organisasi Kristen menerbitkan 'pernyataan iman' yang menjelaskan apa yang mereka percayai. Tetapi pada jaman dulu, pernyataan seperti ini biasanya begitu sarat dengan kebenaran Alkitab dan ditulis sedemikian rupa dengan tujuan supaya dapat dihafal serta digunakan bagi pertumbuhan dan pelatihan orang Kristen. Pernyataan iman yang ditulis dalam bentuk pertanyaan dan jawaban dikenal sebagai katekismus (dari bahasa Yunani katechein yang berarti 'mengajar secara lisan atau memberi instruksi melalui perkataan'). Katekismus Heidelberg (1563) dan Katekismus Westminster (1648) merupakan dua katekismus yang paling ternama, dan telah menjadi tolok ukur pengajaran bagi banyak gereja hari ini.

Hilangnya Praktik Melatih Katekismus

Hari ini praktik melatih katekismus, khususnya di antara orang dewasa, dapat dikatakan sudah hilang. Program pelatihan pemuridan modern kerap terpusat pada pendalaman Alkitab, doa, persekutuan dan penginjilan dan seringkali dangkal dalam hal doktrin. Bandingkan dengan bagaimana katekismus biasanya menuntun para murid melalui Pengakuan Iman Rasuli, Sepuluh Perintah Allah dan Doa Bapa Kami - keseimbangan yang sempurna antara teologi biblika, etika praktis dan pengalaman rohani. Selain itu disiplin latihan menghafalkan katekismus bermanfaat untuk menanamkan konsep kebenaran ke dalam hati dan biasanya membuat para murid lebih bertanggung jawab dalam menguasai bahan dibandingkan dengan pelajaran pemuridan lazimnya. Akhirnya, mengulangi pertanyaan dan jawaban mendorong pengajar dan murid ke dalam proses pembelajaran yang alamiah, interaktif dan dua arah.

Singkat cerita, mengajarkan katekismus mempunyai sifat yang lebih umum daripada individualistis. Orang tua dapat mengajarkan katekismus pada anak-anak mereka. Para pemimpin gereja dapat mengajarkan katekismus pada anggota baru, dengan menggunakan katekismus versi pendek. Sementara para calon pemimpin dapat belajar menggunakan versi panjangnya. Karena katekismus kaya dengan kebenaran Alkitab, pertanyaan dan jawabannya dapat diintegrasikan di dalam kebaktian umum, dimana gereja sebagai tubuh Kristus dapat bersama-sama mengakui iman mereka serta berespon kepada Allah dengan pujian.

Karena kita telah kehilangan praktik melatih katekismus hari ini, maka 'banyak jemaat gereja injil hari ini yang diwarnai oleh: pengenalan kebenaran yang dangkal, ide yang kabur tentang Allah dan kesalehan hidup, serta kurangnya pemikiran pada hal-hal penting di dalam hidup ini - karir, komunitas, keluarga dan gereja.' (Dari Grounded in the Gospel: Building Believers the Old-Fasioned Way, oleh Gary Parrett dan J.I. Packer)

Diterjemahkan dari website 'The New City Catechism'. Sumber: http://newcitycatechism.com/introduction-timothy-keller/

Apa itu New City Catechism?

New City Catechism (NCC) dikembangkan dan diadaptasi oleh Rev. Timothy Keller dan Sam Shammas dari berbagai katekismus Reformasi. NCC terdiri dari 52 pertanyaan dan jawaban. Jadi ada satu pertanyaan dan satu jawaban untuk setiap minggu dalam satu tahun, dengan tujuan supaya mudah dicocokkan dengan kalender gereja dan dapat diselesaikan oleh mereka yang punya jadwal padat.

Di dalam tradisi pembelajaran katekismus, biasanya orang tua dan anak mempelajari dua jenis katekismus yang berbeda (versi dewasa dan anak). Hal ini kerap membingungkan, sehingga NCC menggabungkan keduanya ke dalam setiap pertanyaan dan jawaban. Dengan kata lain, baik orang tua dan anak keduanya belajar pertanyaan yang sama, dan jawaban anak selalu menjadi bagian dari jawaban orang dewasa.

New City Catechism di Indonesian Christian Church

Selama beberapa tahun terakhir, NCC telah menjadi bagian yang integral dalam kebaktian Minggu kami. Satu pertanyaan dan jawaban dibacakan bergantian, dan biasanya pengkhotbah akan memberikan ulasan singkat atau mengintegrasikannya di dalam khotbah yang dibawakan. Dengan demikian sepanjang tahun jemaat ICC secara rutin mempelajari satu aspek dari iman Kristen secara menyeluruh.

Sejak Agustus 2013, ICC telah mendapatkan ijin dari Redeemer City to City untuk menerbitkan terjemahan bahasa Indonesia di website kami. Seluruh terjemahan dapat diakses di halaman berikut:

New City Catechism merupakan proyek kerjasama antara Redeemer Presbyterian Church dan The Gospel Coalition.

Indonesian Christian Church telah mendapatkan ijin untuk menerbitkan versi bahasa Indonesia. Terjemahan ini dikerjakan oleh Mario Kasih dan Christian Tirtha.

Versi bahasa Inggris dapat diakses di website New City Catechism.
Versi App tersedia gratis melalui Apple Store atau Google Play.

NCC-Indo