SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Tuhan, Ajar Kami Bergumul

Kalau anda pernah sungguh-sungguh berdoa, maka kebanyakan waktu anda akan mendapatkan bahwa doa merupakan pergumulan. Untuk dapat berdoa dengan fokus dan terarah, kita secara rutin bergulat dengan kedagingan kita, godaan dari luar, dan hasutan Setan. Seputar Pilkada tahun ini linimasa media sosial serta smartphone kita penuh dengan ‘pergulatan’ antara berbagai kekuasaan—dan kita mungkin mengikuti, berdiskusi, menyimaknya dengan seksama, memastikan kita selalu up-to-date dengan berita, komentar atau bahkan meme yang teranyar. Tetapi, kalau kita boleh jujur, berapa banyak yang punya kepedulian yang sama dengan pergumulan kita di dalam doa?

Hampir 2000 tahun yang lalu Paulus menulis bahwa ada pergulatan/wrestling yang menjadi bagian semua orang Kristen—bukan hanya para pemimpin gereja, misionaris atau calon gubernur saja! Tetapi semua orang Kristen bergumul melawan “darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Efesus 6:12). Jadi, kalau anda tidak pernah bergumul, mungkin anda tidak pernah benar-benar berdoa. Doa menjadi ritual kering yang kita lakukan hanya karena kebiasaan atau ketakutan.

Syukurnya, apa yang sudah menjadi ritual kering dengan anugerah Tuhan dapat menjadi ritual yang hidup. Sama seperti kemampuan untuk bermain musik, olahraga, seni, dan lain sebagainya, kita harus membuat rencana agar kita dapat berdoa dengan sungguh-sungguh.

Pertama, tetapkan waktu dan tempat untuk berdoa secara pribadi kepada Tuhan. Ini bisa saja meja dapur, tempat belajar, ruang tamu. Pastikan bahwa ini adalah tempat rutin yang anda pakai untuk berdoa dan membaca Alkitab. Lalu secara umum tetapkan waktu, misalnya sebelum sarapan, atau jam 6.30 mulai, atau siang/sore sewaktu anak-anak sedang di sekolah/childcare. Dengan menetapkan waktu dan tempat, anda secara tidak langsung memprioritaskan relasi anda dengan Tuhan pada tempatnya sebelum atau di tengah-tengah kesibukan dan aktivitas rutin lainnya.

Kedua, fokuskan pikiran anda kepada Tuhan. Setelah kita duduk diam di waktu dan tempat yang kita sudah tetapkan, masalah terbesar kita adalah fokus. Itu sebabnya semua buku disiplin rohani yang baik seringkali mendorong kita ke dua sarana yang sederhana yang Tuhan berikan pada kita: doa dan Firman Tuhan. Dengan membaca Alkitab, mencerna renungan harian, mendengarkan rekaman khotbah, atau membaca doa tulisan orang lain, fokus pikiran kita berpindah dari diri kita kepada Allah Tritunggal yang berkuasa dan mengasihi kita. Di sinilah kita perlu dengan iman mengklaim janji-janji Allah, memuji kebaikan serta anugerah-Nya di dalam Kristus, mensyukuri berbagai bentuk pekerjaan Roh Kudus di dalam hidup kita.

Mari kita ubah kehidupan doa kita menjadi ritual yang hidup. Tuhan, ajar kami bergumul dalam doa-doa kami!