SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Takut akan Allah

Di dalam Pengkhotbah 5:1-7, pembaca diajak untuk memiliki takut akan Allah di dalam hidup mereka (ayat 7). Media modern seringkali mempresentasikan ketakutan secara negatif. Melalui berita-berita di dalam media massa, ketakutan digambarkan sebagai emosi yang timbul akibat adanya kejahatan dan kriminalitas. Melalui buku-buku motivasi, ketakutan digambarkan sebagai sesuatu di dalam pikiran kita yang menghentikan langkah kita di dalam usaha untuk meraih sesuatu. Melalui film-film horor, kita diberitahu bahwa ketakutan akan sesuatu yang lebih powerful hanyalah sesuatu yang fiktif dan pada akhirnya manusia yang berani dapat menang. Tetapi apa yang Alkitab katakan tentang takut akan Allah? Mari kita melihatnya dari kitab-kitab puisi di Perjanjian Lama (Ayub, Amsal, dan Mazmur).

Di dalam Mazmur, ‘takut akan Allah’ seringkali digunakan untuk memanggil bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah (Mzm 22:23) di dalam ketaatan mereka akan hukum Allah (Mzm 112:1; 119:63) dan memanggil mereka untuk berlindung di bawah naungan perlindungan Allah (Mzm 31:19; 33:18; 34:7). Jadi, orang-orang yang takut akan Allah adalah bangsa Allah yang menyadari bahwa Allah jauh lebih besar dan lebih kuat dari mereka, dan Allah lah yang memanggil dan membentuk mereka. Di Mzm 111:10, ketakutan akan Allah dianggap sebagai permulaan hikmat, karena pengetahuan dan hikmat muncul saat seseorang menyadari bahwa manusia bukanlah pusat dari segalanya, melainkan Allah. Allah adalah sumber dari segalanya, sehingga pengetahuan dan hikmat juga berasal dari Dia.

Di kitab Amsal, ketakutan akan Allah juga digambarkan sebagai permulaan pengetahuan (Ams 1:7). Kebijaksaan datangnya dari Allah dan harus digunakan dengan menyadari bahwa Allah lah pusat kehidupan. Hal ini dapat dilihat lebih jauh di Ams 3:7 saat ‘takut akan Allah’ digambarkan sebagai kebalikan dari ‘menganggap diri sendiri bijak’. Saat seseorang menganggap diri sendiri bodoh di hadapan Allah, barulah seseorang itu dianggap bijak. Orang yang takut akan Allah tidaklah arogan, karena dia menyadari bahwa dirinya kecil di hadapan Allah (Ams 8:13).

Demikian halnya dengan kitab Ayub. Ayub digambarkan sebagai seseorang yang takut Allah (Ay 1:1). Saat ia mengalami penderitaan yang amat sangat, teman-temannya menasehati dia untuk menaruh harapan di dalam ketakutannya akan Allah (Ay 4:6). Di Ay 28:28, Ayub berkata bahwa hikmat adalah ketakutan akan Allah, sama seperti Mazmur dan Amsal. Setelah Allah berkata-kata kepada Ayub di pasal 38-41, Ayub mengerti apa arti ketakutan akan Allah yang sebenarnya dan dia menyadari bahwa dia tidak mengerti apa-apa dibandingkan Allah (Ay 42:2-6). Dan setelah ini terjadi, pembaca mengerti bahwa Ayub telah mengetahui apa arti ketakutan akan Allah yang sebenarnya.

Jadi, ‘takut akan Allah’ adalah tema yang besar di dalam kitab-kitab puisi. Ketakutan akan Allah adalah sikap yang memimpin kita ke dalam kerendahan hati, karena orang yang takut akan Allah menyadari bahwa Allah lah pusat alam semesta, bukan manusia.