SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Spiritualitas Membandingkan Diri

“Kamu perlu perhatikan orang lain yang lebih sukses, untuk memotivasi kamu kerja lebih keras! Kalau mereka bisa, mengapa kamu tidak?”

Nasihat yang bijak? Belum tentu. Nasihat sejenis diatas membuat kita mudah iri hati, kecil hati dan capek hati. Kita minder dan frustrasi melihat orang lain lebih sehat, kaya, nyaman dan beruntung – healthy, wealthy, comfy, and lucky!  

Membandingkan diri dengan orang lain adalah salah satu bentuk kita tidak mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita, dan tidak mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri.

Pertama, kalau kita mengasihi Tuhan Allah, kita tahu bahwa Ia dalam kedaulatanNya mencurahkan berkat yang berbeda kepada manusia ciptaanNya. Terlepas apakah mereka percaya atau tidak percaya kepada Tuhan Allah. Ada sebuah spektrum yang sangat luas. Ada yang lahir dalam keluarga yang amat miskin di abad ke-12 di atas gunung, ada yang lahir dalam keluarga kaya raya di abad ke-21 di Melbourne. Ada yang dilahirkan dengan muka tampan, badan gagah, otak pandai dan tangan terampil, ada yang lahir tanpa keempat hal tersebut. Semua itu Tuhan yang atur. Iri terhadap orang lain berarti kita menginjak-injak kedaulatan Tuhan yang telah memberkati kita sesuai dengan porsi kita masing-masing.

Bukan hanya itu, kita lalu mengubah spektrum horinzontal itu menjadi sebuah tangga vertikal. Dan seumur hidup lalu kita habiskan untuk meniti tangga yang tak ada nilainya dimata Allah. Lebih kaya, lebih sukses, lebih nyaman, dan seterusnya. Kalau kita berhasil, tak ada yang bernilai kekal di puncak tangga tersebut. Kalau kita gagal, kita akan gagal melakukan sesuatu yang tak bernilai kekal. Misionaris William Carey pernah berkata, “Saya tidak takut gagal. Saya takut menjadi sukses dalam hal-hal yang tak bernilai.”  

Kedua, kalau kita mengasihi sesama kita, kita tidak akan membandingkan diri karena dengan orang tersebut. Sebaliknya, kita bersyukur kalau ia dipercayakan Tuhan dengan banyak hal, dan dituntut banyak hal juga. Iri terhadap rekan Anda yang jago main piano, misalnya, berarti Anda tidak mengasihi dia sepenuhnya.

Dalam narasi Simon Petrus dipulihkan oleh Yesus di Yohanes 21, Yesus memberitahu Petrus bahwa ia akan diikat dan dibawa ke tempat yang ia tidak ingini. Petrus kemudian diliputi oleh keingintahuan yang penuh iri hati ketika ia melihat Yohanes dan bertanya kepada Tuhannya, “Apa yang akan terjadi dengan dia?” Yesus menjawab dengan tegas, “Itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku.”

Yesus memberitahu Petrus meski Petrus dan Yohanes keduanya mengikut Kristus, konsekuensi nya akan berbeda. Jangan membandingkan situasi hidupnya dengan situasi hidup orang lain. Yesus seakan berkata kepada Petrus bahwa kalau ia mengasih Yesus, ia akan mengasihi Yohanes meskipun ia tahu bahwa Yohanes akan hidup sampai masa tuanya, dan tidak disalib terbalik seperti Petrus.

Mari kita mensyukuri porsi kita dari Tuhan tanpa melihat porsi orang lain. Mari kita setia melayani Dia dengan sekuat tenaga sesuai dengan porsi tersebut, dan sehati bekerja sama dengan orang lain yang memiliki porsi yang berbeda dengan kita.