SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Solusi Hidup Penuh Paradoks

image2.PNG

Bahwa orang benar berumur pendek dan orang jahat hidup panjang, adalah sebuah masalah pelik kehidupan. Missionaris David Breinerd meninggal di usia dini 29 tahun sementara pendiri dan CEO majalah Playboy Hugh Hefner tetap sehat di usia 90 tahun!

Bukankah mestinya orang yang rohani dan banyak berkorban bagi Tuhan diberi umur panjang agar dapat hidup lamaaaaaaa seperti Metusalah yang berusia sampai 969 tahun (Kejadian 5:27)? Mengapa orang Kristen tidak imun terhadap kanker, kecelakaan lalu lintas, tsunami, dan seterusnya? Inilah masalah besar manusia yang diamati oleh Pengkotbah (7:15).

Hidup yang penuh paradoks, anomali, kejanggalan, dan ketidakadilan tersebut seringkali mendorong manusia untuk memilih satu dari dua sikap, menyerah atau melawan. Flight or Fight!

Sikap pertama adalah menyerah. Tidak lagi mau peduli dengan Tuhan. Protes, marah, kecewa, dan minggat. Hal yang sama dialami Asaf, “Sia-sia samasekali aku mempertahankan hati yang bersih” (Mzm 73:13). Tak ada lagi Tuhan dalam rumusan hidupnya. Kalau hidup benar tidak membuat hidupku lebih baik dibanding orang yang hidup brengsek, buat hidup takut akan Tuhan? Apalagi kalau hidup benar malah lebih buntung dibanding mereka! Buat apa lagi jaga integritas, kalau korup bisa buat aku lebih makmur?

Sikap kedua adalah melawan. Maksudnya, berusaha lebih keras lagi melawan status quo. Aku tidak diberkati karena kurang taat, kurang rajin pelayanan, kurang banyak perpuluhan. Masak sih Tuhan tidak akan berkati kalau aku lebih serius tunjukkan imanku?

Pengkotbah mungkin tahu kedua kecenderungan tersebut. Itu sebab dia tidak memberi salah satu solusi tersebut. Bagaimana hidup di dunia yang penuh paradoks? Dengan solusi yang penuh paradoks: Jangan terlalu saleh, jangan terlalu fasik. Jangan terlalu berhikmat, jangan terlalu bodoh (7:16-17). Ini bukan nasihat orang pesimis-sinis agar kita jadi orang ½ hati, jadi biasa-biasa saja. Yang ia maksud adalah sebagai berikut:

1. Seberapa benar dan suci dan saleh hidup kita, kita tidak akan dapat memaksa Tuhan untuk memperpanjang hidup. Kita tidak dapat mengontrol Tuhan dengan semua itu. Ia tidak dapat disogok, disuap, dipiutangi. Dia adalah Tuhan, kita bukan!

2. Lagipula, Tuhan sudah menentukan jam hidup kita – ada waktu hidup ada waktu mati. Berusaha memperpanjang dengan kesalehan kita adalah arogan.

3. Orang paling saleh sekalipun pasti memiliki dosa. Kebenaran kita selalu terkontaminasi oleh kejahatan hati kita (7:20-22, 27-29). Jadi sia-sia kita berusaha ½ mati untuk jadi super saleh! Justru hidup yang terobsesi dengan kebenaran akan membutakan kita terhadap dosa kita sendiri.

4. Di sisi lain jangan jadi orang yang terlalu jahat, karena itu sebuah kebodohan. Semua dosa, kecil dan besar, akan mendukakan hati Tuhan dan memiliki konsekuensi.

Solusi untuk hidup di dunia dimana orang berTuhan mati muda dan orang ateis berumur panjang adalah hidup super-saleh atau super-jahat, tetapi hidup dalam takut akan Tuhan (7:18). Dalam Kristus, kita mendapat kesalehanNya dan Ia menanggung kejahatan kita.

Lihat Tuhan Yesus. Ia adalah orang yang hidup paling benar namun mati muda! Mengapa? Agar kita dapat menatap kepadaNya dengan mata iman saat kita kecewa dengan realita dunia ini. Ia tidak mendapat pahala yang layak agar kebenaranNya dapat ditransfer kepada kita. Itu sebab Ia tidak berjanji memberi umur panjang di dunia sementara ini. Ia menjanjikan sesuatu yang jauh lebih baik, yaitu hidup kekal di dunia yang akan datang.