SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Seni Memuji Orang Lain

Kalau di blog sebelumnya saya berbicara bagaimana ‘sulitnya’ untuk memuji Tuhan, saya seringkali berpikir mungkin sama sulitnya untuk memuji orang lain. Apalagi secara umum budaya kita orang Indonesia termasuk pelit untuk memberikan pujian, dorongan dan afirmasi pada orang lain. Pada umumnya kita lebih mudah menjelek-jelekkan, menjatuhkan, mendistorsi dan menyindir orang lain. Dan sayangnya, bahkan orang Kristen pun tidak imun dari budaya seperti ini. Kalau anda pikirkan selama sebulan terakhir berapa sering anda memuji orang lain? Dibandingkan dengan berapa sering anda menjelek-jelekkan orang lain?

Tentu saja di dalam gereja ada tempat dimana kita memberikan masukan yang membangun dan bahkan dalam kasus tertentu tindakan yang tegas bagi mereka yang melakukan tindakan yang tidak terpuji. Semua ini adalah bagian dari hidup sebagai gereja Tuhan. Tetapi pada saat yang sama, saling memuji orang lain pun seharusnya adalah bagian dari budaya alkitabiah setiap gereja Tuhan.

Kalau anda perhatikan misalnya Rasul Paulus di dalam surat-suratnya berulangkali memperhatikan serta mengajak pembacanya untuk melihat hal-hal yang patut dipuji baik dari diri mereka, maupun dari diri jemaat lain. Ia memuji kebaikan jemaat Filipi, “Baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku” (Fil 4:14), ia mensyukuri anugerah Allah bagi jemaat Korintus, “Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus” (1 Cor 1:4), ia mendorong pertumbuhan jemaat Tesalonika, “Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi”(1 Tes 4:1).

Di dalam bukunya Practising Affirmation, Sam Allberry mengajarkan kita bagaimana untuk menikmati serta memuji anugerah Tuhan yang kita lihat di dalam diri orang lain. Semakin kita belajar memuji orang lain, semakin kita belajar menikmatinya.

Kita dapat belajar dengan mulai memperhatikan hal-hal yang patut dipuji dari karakter, pekerjaan, sikap, tutur kata, perkembangan, dan banyak hal lain yang kita bisa amati.

Kita juga bisa mengajak orang lain untuk bersama-sama memuji hal-hal baik yang kita lihat dari diri orang lain.

Betapa munafiknya kita kalau kita bisa memuji kebesaran Tuhan, tetapi pada saat yang sama punya kebiasaan untuk membesar-besarkan kekurangan orang lain. Kita perlu mulai menjadi komunitas yang merefleksikan pujian yang kita berikan kepada Tuhan kita. Salah satu bentuk refleksi itu muncul dengan bagaimana kita belajar mengamati dan mengajak orang lain untuk memuji satu sama lain.

Mari kita jadikan memuji Tuhan dan memuji orang lain sebagai budaya pribadi, keluarga dan gereja kita!