SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Kekuatanmu adalah Kelemahanmu

Saya tahu judul di atas itu sepertinya satu kontradiksi. Gimana bisa kekuatan & talentaku jadi kelemahanku? Terus baca, dan saudara akan lihat sendiri ini dalam realita hidup saudara. Tapi, sebaliknya juga benar: aset terbesar & terpenting di dalam dirimu adalah, justru, kelemahanmu.

Talenta kita yang kita anggap andalan bisa membuat kita terjerembab ke satu titik berat, jika diri kita seumpama sebuah timbangan. Sehingga setiap dari kita harus selalu mengejar keseimbangan. Contohnya, orang yang gigih dalam pekerjaannya lebih mudah untuk menjadi seorang workaholic – dan melupakan keluarganya sendiri. Kekokohan di satu bagian hidup kita bisa menjadi keretakan di sisi hidup yang lain.

Kemampuan kita pun juga bisa mengisi kita dengan kesombongan. Itulah sebabnya rasul Paulus diberi duri dalam daging. Duri itu diberi supaya dia tidak tumpah ke sisi lainnya. Dia bersaksi, “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.” (2 Korintus 12:7) Terlalu banyak mereka, yang dikaruniai talenta yang limpah, menjadi ‘superstars’ – memberi makan ego mereka sendiri sampai mereka menjadi terlalu tinggi. Mereka melupakan pertanyaan Paulus: “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?” (1 Korintus 4:7) Alkitab sangat, sangat jelas mengenai tinggi hati dan akibatnya. Tinggi hati adalah tanda-tanda kejatuhan. Ketika seorang mulai berpikir terlalu tinggi akan dirinya sendiri, hanya segelintir waktu saja yang dibutuhkan sampai mereka jatuh di muka mereka. Kekuatan mereka justru menjadi tempat mereka tersandung dan terjerembab.

Tapi, sebaliknya pun juga benar: ketika kamu menyadari dan merasakan kelemahanmu, justru disitulah kamu menjadi kuat. Bagaimana bisa? Di saat kesadaran akan kelemahan itu hadir dalam hatimu, kamu semakin aktif bergantung kepada Allah melalui doa. Kekuatan Allah datang kepadamu, membentengimu di dalam kelemahanmu. Inilah yang rasul Paulus maksud ketika ia bersaksi: “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku mejjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Korintus 12:8-9)

Kita tidak tahu apa duri dalam daging Paulus. Yang kita tahu adalah ini: utusan Setan benar-benar menyiksa dia. Dan, bahkan, dia benar-benar merendahkan Paulus – sampai ke lututnya. Di dalam waktu yang tepat, Paulus belajar hal ini: bahwa dia kuat hanya di dalam posisi berdoa, karena disitulah kuasa ilahi Tuhan menopang dirinya. Ini ajaran yang kita semua perlu terus-menerus pelajari dan ingat. Kekuatan kita adalah kelemahan kita – karena itu semua membuat kita seringkali tidak seimbang, bergantung kepada diri sendiri, dan, pada akhirnya, tinggi hati. Di penghujung itu semua adalah jurang – kejatuhan kita. Tetapi, kelemahan kita justru adalah kekuatan kita – betapa pun memalukannya – karena hal tersebut memaksa kita bertelut dalam doa. Saudara, apa yang menjadi kelemahan-kelemahanmu? “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”

 

Diadaptasi dari artikel “Your Strength is Your Weakness” oleh Conrad Mbewe (Sumber: TableTalk edisi Juli 2013)