SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Kasih Ilahi

Dimensi pertama dari buah Roh yang digambarkan oleh Paulus di Galatia 5:22-23 adalah kasih. Kalau kita membaca sepintas kelihatannya begitu sederhana dan mudah untuk diterapkan. Bahkan di dalam lingkungan gereja sekali pun kita kerap lupa bahwa kasih adalah buah dari pekerjaan Roh Kudus. Artinya, kita tidak bisa melepaskan buah tersebut dari akarnya, yaitu identitas baru yang telah kita terima di dalam Kristus sebagai anak-anak Allah. Jadi definisi kasih di sini tidak tergantung pada perasaan kita terhadap orang lain—atau bahkan diri kita sendiri!—dan juga bukan sekedar bersikap ramah, berbuat amal, dan bahkan pelayanan di gereja. Paulus sendiri di 1 Korintus 13 mengatakan bahwa aktivitas rohani yang spektakuler tidak berarti menunjukkan bahwa itu adalah kasih.

 

Kasih yang dimaksud oleh Alkitab lahir dari pribadi Allah, sumber kasih yang ilahi. Ini adalah kasih yang bertujuan untuk melayani orang lain demi kebaikan mereka, bukan demi apa yang orang itu dapat berikan kepada kita.

 

Dengan kata lain, kasih bukanlah berarti melayani orang lain hanya karena ketakutan. Misalnya takut kehilangan berkat, takut dapat pahala yang jelek, dan lain sebagainya. Juga bukan berarti melayani hanya demi kebaikan diri kita sendiri. Misalnya kita melayani atau peduli dengan orang tertentu hanya karena orang itu membuat kita kelihatan  baik atau merasa nyaman dan aman.

Kasih ilahi adalah kasih yang lahir dari pengalaman mencicipi dan mendalami kasih Allah terhadap kita terlebih dahulu. Teolog Leon Morris mengatakan,”Orang Kristen mengasihi, bukan karena ia melihat orang lain pantas untuk dikasihi, tetapi karena ia sendiri telah menjadi orang yang mengasihi. Sebagai orang Kristen, kita mengasihi karena identitas yang kita terima ketika kita percaya Kristus, bukan karena ketertarikan kita pada orang lain.” Bukankah itu kasih yang kita terima dari Allah? Siapakah dari antara kita yang berani berkata bahwa Allah sepantasnya mengasihi kita serta memberikan Anak-Nya untuk mati bagi kita? Tetapi itulah yang Allah lakukan. Berbeda dengan definisi kasih kita yang cenderung bermuara pada diri kita sendiri, kasih ilahi adalah kasih yang selalu melihat dan melayani orang lain.

Itu sebabnya kalau anda mengaku sebagai orang Kristen, anda tidak bisa datang ke gereja hanya sekedar untuk dengar khotbah atau menyanyikan pujian. Anda dipanggil untuk berbagian di dalam kehidupan gereja setempat, sebagai bagian dari komunitas kasih yang Tuhan Allah sudah berikan. Gereja adalah satu-satunya institusi di dunia sekarang yang akan berlanjut sampai dunia yang akan datang. Itu salah satunya mengapa ICC secara rutin menekankan pentingnya menjadi anggota jemaat dan mengambil bagian di dalam kehidupan komunitas iman di tempat ini. Mark Dever menulis, “Kita tidak bisa mengatakan bahwa orang yang mengaku Kristen dan tidak terlibat di dalam gereja sebagai orang-orang yang bukan Kristen sejati—tetapi kita juga tidak bisa mengatakan dengan pasti kalau mereka adalah orang Kristen sejati. Kita tidak perlu mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan masuk neraka, tapi kita juga tidak bisa memastikan bahwa mereka akan masuk surga.”

Melalui gereja-Nyalah, Allah sudah memberikan kita lingkungan bukan saja untuk mengenal dan mempelajari tentang kasih Allah, tetapi juga untuk menghidupi kasih itu. Untuk memberikannya kepada orang lain, dan juga untuk menerimanya dari orang lain, sesama anak-anak Tuhan yang telah dikasihi begitu dalamnya oleh Allah Bapa.

Saya ingin mendorong jemaat ICC untuk memikirkan, kalau orang lain ‘mencicipi’ kehidupan gereja kita—baik di dalam atau khususnya di luar hari Minggu—apakah mereka akan menemukan rasa kasih ilahi?