SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

From Me-Ville to Christ-Ville

Istilah ‘Me-Ville’ saya catut dari buku Dave Zimmerman yang berjudul “Deliver Us From Me-Ville”. Dimana dikatakan kita melihat hidup seolah-olah semuanya berputar pada diri kita sendiri. Terlepas di mana dan dengan siapa kita tinggal, di benak kita segala sesuatu ‘seharusnya’ ada untuk melayani diriku, it’s all about me. Selama orang terkesan padaku, selama orang mengakui statusku, pendapatku, pencapaianku, pendirianku, dan ku-ku lainnya, selama itu juga Me-Ville dalam keadaan makmur dan maju. Jangan ada seorang pun yang berani-beraninya merusak pamor dan reputasiku di Me-Ville. 

Akar dari sikap hidup Me-Ville adalah kesombongan: ketidakmauan kita untuk memuliakan Tuhan Allah, dan alih-alih (dengan seribu satu cara, dan seribu satu nuansa) memuliakan diri kita sendiri. 

Salah satu poin penting dalam surat Kolose adalah bahwa Allah sudah melepaskan kita dari Me-Ville, atau istilah antiknya ‘kuasa kegelapan / domain of darkness’ dan memindahkan kita ke lokasi baru yaitu Christ-Ville, atau ‘Kerajaan Anak-Nya yang kekasih / the Kingdom of His beloved Son’ (Kol 1:13). Perpindahan ini adalah tindakan yang radikal dan menyeluruh dari Allah—ini adalah pemberian status Permanent Resident yang paling indah, agung dan abadi, yang tidak ada bandingnya. 

Perpindahan ini juga seharusnya membuat kita dapat bersama-sama hidup bagi Kristus di Christ-Ville. Ada tiga anugerah besar yang Paulus soroti di Kolose 1:24-27:

  1. God’s Call (1:25)
    Paulus memang unik karena panggilan pertobatannya dan panggilannya sebagai rasul/utusan Allah terjadi pada saat yang sama. Walaupun kita tidak dipanggil menjadi rasul, tapi Allah lah yang berinisiatif memanggil kita untuk menjadi anggota warga negara Christ-Ville. Panggilan Allah lah yang membuat residence kita di Christ-Ville menjadi eternally permanent.

  2. God’s Commission / Message (1:26)
    Paulus ditugaskan untuk menyampaikan Firman Allah yang menunjuk kepada Kristus. Ini adalah tugas yang Paulus terima, bukan sesuatu yang ia karang apalagi modifikasi demi kepentingannya. Demikian juga kita dipercayakan Firman Allah untuk menunjuk orang lain kepada Kristus, bukan pada diri kita sendiri.
  3. God’s Community (1:27)
    Setelah ia bertobat, Paulus otomatis menjadi bagian dari komunitas Kristus yang baru. Identitas dirinya kini terserap di dalam Kristus yang adalah kepala gereja, Tuan dan Raja atas Christ-Ville. Gereja punya pengharapan besar bukan karena jumlah jemaat, ukuran gedung atau pamor pemimpinnya, tetapi karena “Kristus ada di tengah-tengah kamu”! 

Itu sebabnya Paulus dapat berkata bahwa ia bersukacita dalam penderitaannya demi Injil. Penderitaan, kesulitan, dan pengorbanan yang ia lakukan demi Christ-Ville, justru menunjukan stamp of approval-Nya Tuhan Allah atas hidupnya. Bagaimana dengan diri kita: apakah penderitaan, kesulitan, dan pengorbanan yang kita jalani, masih cenderung untuk Me-Ville atau Christ-Ville?