SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Banyak yang Diundang, Tetapi Sedikit yang Dipilih

Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin (Mat 22:1-14) berbicara tentang pentingnya mempunyai respon yang benar terhadap Yesus. Perumpamaan ini adalah bagian terakhir dari tiga perumpamaan dimana Yesus seolah mengambil posisi menyerang para musuh-Nya. Para musuh Yesus, para pemimpin agama Yahudi saat itu, adalah orang-orang yang membanggakan diri bahwa mereka adalah orang-orang pilihan, warga negara kerajaan Allah. Mereka menganggap bahwa cara mereka hidup dan beragama itu menghormati Allah. Tetapi Yesus menunjukkan kebalikannya: penolakan para pemimpin agama terhadap diri-Nya, justru menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati Allah dan menempatkan diri mereka di bawah hukuman Allah.

Setidaknya ada 2 respon yang salah terhadap Yesus. Perhatikan bahwa kedua respon salah ini akhirnya mendatangkan kehancuran dan kebinasaan total (22: 7, 13).

  • Menolak Allah dengan tidak menghormati Dia (22:3-6)
    Mengapa mereka yang sudah diundang ke perjamuan kawin ini akhirnya malah menolak untuk datang? Jawaban singkatnya adalah karena mereka tidak menghormati sang raja. Bentuk tidak hormatnya bisa muncul secara sopan (mis. cuek, mengerjakan urusan lain, ayat 5) atau brutal (mis. menyiksa dan membunuh hamba-hamba sang raja, ayat 6). Tapi keduanya sama-sama adalah sikap memberontak terhadap raja. Demikian juga hari ini, kita bisa kedapatan menolak Allah dengan tidak mempedulikan orang-orang yang Tuhan utus untuk membawa Firman-Nya kepada kita. Kita memakai seribu satu alasan dan bermacam-macam kedok untuk menutupi pemberontakan kita. Kita bukannya tidak bisa, melainkan tidak mau menghormati Tuhan dan perkataan-Nya.
  • Beragama sambil bersembunyi dari Allah (22:11-12)
    Bagaimana dengan tamu yang tidak mengenakan pakaian pesta? Masalahnya sebetulnya sama saja. Ia pun tidak menghormati sang raja dengan berpikir bahwa ia bisa datang ke perjamuan kawin dengan pakaian pilihannya sendiri. Ia melecehkan baju pesta yang sudah disediakan oleh sang raja bagi para tamunya. Ia menganggap bahwa bajunya sendiri sudah ‘good enough’, buat apa susah-susah ganti baju! Hari ini gereja menjadi tempat orang-orang menggunakan keagamaan mereka untuk bersembunyi dari Allah. Kali ini kedoknya adalah perbuatan baik, memberikan persembahan, terlibat di dalam pelayanan, bahkan menjadi pengkhotbah sekalipun! Tapi kita sebetulnya sedang menutupi berbagai dosa dan kemunafikan. Sama seperti para pemimpin agama Yahudi saat itu, kita membanggakan jasa dan perbuatan baik kita ‘good enough’ untuk diterima oleh Tuhan Allah. Kita melupakan bahwa satu-satunya jasa dan perbuatan baik yang layak di hadapan Allah adalah jasa dan perbuatan baik Yesus. Inilah baju pesta kawin yang Allah berikan!

Respon yang benar terhadap Yesus adalah menerima Dia sebagai bentuk penghormatan kita terhadap Allah (22:8-10, 14). Kita menerima Yesus dengan beriman dan bertobat kepada-Nya. Perhatikan bahwa para hamba sang raja disuruh untuk memanggil setiap jenis orang, jahat maupun baik (ayat 10). Artinya, kelayakan para tamu sepenuhnya bergantung pada raja yang mengundang mereka, dan bukan pada diri mereka sendiri. Undangan sang rajalah yang membuat mereka ‘good enough’ untuk menjadi tamu perjamuan kawinnya.

Michael Green menyimpulkan perumpamaan ini dengan indah: “Allah telah menyediakan pesta untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya. Ini adalah perjamuan kawin untuk Anak-Nya. Semua orang Ia undang untuk datang. Kalau anda menolak undangan-Nya, anda tidak akan bisa masuk. Kalau anda pikir anda bisa masuk karena kebaikan anda, anda akan ditendang keluar. Banyak yang diundang, tetapi hanya sedikit yang menunjukkan melalui respon mereka, bahwa mereka yang dipilih.”

Demikian juga respon kita terhadap Yesus hari ini. Perbuatan baik, pertumbuhan rohani, posisi pelayanan atau bahkan jumlah orang yang kita berkati, tidak satu pun membuat kita lebih atau kurang layak di hadapan Allah. Kelayakan kita bergantung sepenuhnya pada nama, jasa dan perbuatan baik Yesus. Itu sebabnya iman dan pertobatan adalah satu-satunya respon yang benar.

Leave a Comment

Comments for this post have been disabled.