SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Ayo Jelas Soal Injil! (bag. 3)

Apakah kaitan Injil dan Pembenaran oleh Iman (Justification by Faith)?
Injil adalah berita sukacita bahwa manusia berdosa mendapat pengampunan yang ia tidak layak terima melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Namun bila dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah, bahkan pemberontakan terhadap Allah itu sendiri, bagaimana mungkin Allah yang suci dapat menerima kembali manusia yang berdosa? Bukankah “murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia” (Roma 1:18). Jika Allah menerima manusia berdosa dengan berkompromi dengan kekudusan-Nya dan bertoleransi dengan dosa, Ia tidak dapat lagi disebut sebagai Allah yang kudus.

Jadi Bagaimana Manusia dapat Dibenarkan oleh Allah?
Pertanyaan ini bermuara pada konsep ‘pembenaran oleh iman” yang dijelaskan Paulus dalam surat-suratnya, khususnya dalam Roma dan Galatia. Allah mengampuni orang berdosa dengan mendeklarasikan orang berdosa sebagai orang benar. Ia membenarkan orang berdosa (Roma 4:15), dan tidak menghukum atau mengutuknya. Bukan berarti Allah memberikan amnesti (pengampunan yang menihilkan kesalahan seseorang sehingga tidak ada keadilan yang ditegakkan).

Ia membenarkan orang berdosa tanpa melanggar keadilan-Nya sendiri. Basis dari kebenaran Allah adalah kehidupan Kristus yang sempurna dan kematian-Nya yang berkorban. Kita tidak lagi dianggap sebagai orang berdosa di mata Allah karena dua hal:

  1. Allah menerima kematian Kristus sebagai korban tebusan dosa manusia. Allah adil, dan ia harus menghukum dosa. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Kor 5:21). Kebangkitan Kristus adalah bukti bahwa Allah menerima korban tebusan tsb.
  2. Bukan hanya itu, kesempurnaan Kristus mentaati hukum-hukum Allah ditransfer kepada kita yang ada di dalam Kristus, sehingga di mata Allah seakan-akan kita tidak pernah berbuat dosa.

Itu sebab Alkitab mengatakan bahwa Kristus sendiri adalah kebenaran kita (1 Kor 1:30). Kita tidak dapat dibenarkan di hadapan Allah tanpa Kristus. Dan kita tidak dapat memiliki Kristus tanpa kebenaran-Nya yang ditransfer kepada kita.

Yang Sama dan Yang Berubah
Bukan berarti catatan dosa kita lenyap. Allah tidak mendadak pikun dan lupa akan dosa kita. Saat dibenarkan Allah, kita tidak mendadak menjadi orang kudus dan benar. Kita masih sama, rentan terhadap serangan Iblis, dunia, dan kedagingan kita sendiri, dan berdosa lagi. Yang berubah adalah cara Allah memandang kita. Saat Ia melihat kita, Ia melihat Kristus di dalam kita. Itu sebab Ia melihat kita kudus dan benar.

Yang berubah adalah posisi kita di hadapan Allah. Satu kali untuk selamanya. Bukan hanya sampai ajal tiba, namun sampai kekekalan. Dan tidak ada apapun atau siapapun yang dapat mengubah posisi tersebut.

Secara praktis, kita masih sama tidak mampu untuk samasekali tidak berdosa. Namun secara posisi kita sebagai orang yang dibenarkan oleh iman dalam Kristus, kita mau dan mampu (tepatnya, dimampukan) untuk tidak lagi berbuat dosa, untuk hidup bagi Kristus yang sudah mati dan dibangkitkan bagi kita, untuk hidup sejalan dengan Injil Kristus.

Jadi apa kaitan Injil dan pembenaran oleh iman? Di dalam Injil terlihat nyata kebenaran Allah (Roma 1:17). Injil memberitahu kita bahwa melalui kematian-Nya di atas salib, Kristus menerima dosa kita dan kita menerima kebenaran-Nya; Kristus menerima kutukan atas pelanggaran kita terhadap hukum Allah dan kita menerima berkat atas ketaatan-Nya terhadap hukum Allah.