SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Apa yang Gereja dapat Pelajari dari Universal Studios?

Siang itu ratusan orang rela antri 120 menit dibawah terik matahari sekitar 35 derajat Celcius untuk menikmati Harry Potter & the Forbidden Journey, Transfomers The Ride, Minion Mayhem dan The Amazing Adventures of Spider-Man yang rata-rata hanya berlangsung tidak lebih dari 5 menit!

Universal Studios logKemampuan Universal Studios untuk menyedot massa datang dan menikmati berbagai suguhan apik mereka memang luar biasa. Setiap tahun tempat ini dikunjungi oleh lebih dari 14 juta orang dari berbagai belahan dunia yang tersihir untuk merogoh kocek mereka untuk bayar tiket masuk, makan Universal junk food, beli free-refill Universal cup untuk menikmati berliter-liter soda 100 jenis rasa, tinggal di Universal hotel, beli berbagai Universal souvenir seperti celana dalam Simpson, magic wand Harry Potter, gelas Minion mata satu.
Jika theme park tersebut adalah gereja, sungguh luar biasa daya tarik mereka terhadap orang yang paling skeptis sekalipun. Anda mungkin berpikir, "Tapi Universal itu sekuler. Universal itu sesat! Aneh kalau dibandingkan dengan gereja." Tentu kita bisa ‘demonize’ atau menyepelekan mereka, namun jika kita memiliki visi hidup Wahyu 7:9 dan rindu untuk memenangkan sebanyak mungkin jiwa yang terhilang dari generasi postmodern ini bagi Kristus, barangkali kita sebagai gereja perlu belajar 1-2 hal dari mereka.

Ratusan menit antri di park tersebut baru-baru ini membuat saya berpikir bahwa minimal ada dua hal yang gereja bisa pelajari (ulang) dari Universal.

1. Excellence
Segala sesuatu yang mereka lakukan disana disetir oleh excellence. Orang mengatakan ‘the devil is in the details’, artinya kunci dari kualitas adalah perhatian terhadap hal-hal yang detail. Bukan saja Universal itu bersih, aman, nyaman dan hi-tech (teknologi index-finger scan dipakai diseluruh park), namun juga setiap ride atau show dibuat sedemikian rupa seakan-akan Anda berada di dunia lain (Dunia Sponge Bob beda banget dengan dunia Men in Black).
Kelima panca indera dan imajinasi kita dimanjakan dengan warna, suara, wangi, tekstur, dan motion yang ada. Di Minion Mayhem, Anda disemprot dengan gas berbau pisang yang membuat minion dalam 3D-screen menjilat layar ingin merebut pisang tsb. Suasana toko dan restoran di Hogsmeade ditata begitu apik persis seperti yang Anda lihat di film – Anda dapat mencoba Butterbeer dan membeli berbagai jenis magic wand, tapi mesti rela baris antrian panjang!
Bagaimana dengan gereja-gereja Tuhan hari ini? Detik pertama seseorang pertama kali menginjak kaki di gereja, apakah mereka disambut dengan senyum lebar dan sapaan ramah seperti yang mereka lakukan di Universal, “Welcome, Sir and hope you have a great day today with us!” Atau mereka harus celingukan ke kiri dan ke kanan mencari tempat duduk?
Apakah setiap elemen ibadah kita dipersiapkan dengan sangat teliti tapi juga bermakna? Atau puji-pujian kita terasa terseret: pemusik salah melulu, penyanyi yang fals, kotbah yang tidak beda dengan siraman rohani di kelenteng, mesjid atau acara TV Oprah karena disiapkan asal-asalan tanpa pemahaman Alkitab yg bertanggung jawab. Francis Schaeffer menulis di awal abad ini berkesimpulan bahwa gereja telah addicted to mediocrity, alias kecanduan dengan hal yang sedang-sedang aja, atau asal jalan.

Sebaliknya, excellence adalah sebuah nilai Alkitabiah. Karena Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang excellent. Dia mencipta dunia ini dengan sangat apik. Universal Studios atau Walt Disney yang begitu kreatif hanya mampu meniru kelimpahan kreatifitas Allah dalam ciptaan. Kuasa, keagungan, kebesaran, kemuliaan, dan kedaulatan Allah terlihat misalnya dalam 30 juta species serangga dalam dunia ini. Dia membuat galaksi tata surya ini sedemikian rupa sehingga bumi kita tidak lumer oleh panasnya matahari, dan tidak beku karena terlalu jauh. Andreas Kostenberger dalam bukunya “Excellence” menulis bahwa "Everything God is and does is marked by excellence . . . beauty is a reflection of God’s excellence” (Segala keberadaan dan tindakan Allah ditandai dengan kualitas yang amat tinggi ... keindahan adalah refleksi betapa tingginya kualitas Tuhan.)

Seluruh kepenuhan Allah berdiam dalam diri Kristus yang datang ke dunia dan dengan excellent melakukan misi-Nya sampai pada kesudahannya. Tidak ada kata-kata boros dan tindakan yang sia-sia yang Ia lakukan, karena hidupnya 24 jam sehari 7 hari seminggu dijalani bagi kemuliaan Bapa. Rasul Petrus menasihatkan kita untuk menambahkan ‘excellence ’ (2 Pet 1:3, 5 ESV) terhadap iman kita. Tuhan yang excellent menuntut dan memampukan kita untuk excel.

Ada gereja yang rapat berjam-jam sampai larut malam memikirkan strategi penjangkauan, namun tidak pernah memikirkan, misalnya, bagaimana budaya gereja dalam ibadah, interaksi antar pribadi, dst. dapat mengekspresikan Kristus yang penuh kebenaran dan kasih karunia dengan seimbang. Ada gereja yang berdoa tanpa henti meminta mujizat kebangunan rohani, tapi tidak pernah mengakui dengan rendah hati berbagai kelemahan dalam gereja yang membuat orang eneg dan emoh datang lagi.

Mari kita membangun excellence. Generasi X dan Y yang kita layani hari ini telah terbiasa dengan excellence seperti yang mereka alami di Disney dan Universal. Mereka mencari universitas terbaik, komputer terbaik, bioskop terbaik, restoran terbaik dan tentu mereka ingin gereja terbaik. Memang gereja tidak akan pernah sempurna selama masih ada Anda dan saya, orang berdosa yg telah ditebus. Namun kita tidak punya pilihan lain selain excel, itulah yang dituntut Tuhan dan (juga) manusia.

2. Relevansi
Alasan kedua kenapa Universal sangat piawai menyedot massa adalah relevansi. Orang berjubel antri untuk nonton Shrek-4D atau the Simpsons Ride karena mereka sudah kenal dan bahkan akrab dengan kedua hal tersebut sebelumnya. Dalam benak mereka telah ada kategori Shrek, Fiona, Bart, Homer, dst yang membuat mereka pengen untuk menemui mereka dalam versi yang lebih riil dibanding TV atau Cineplex.

Dua implikasi bagi gereja. Pertama, banyak gereja yang hari ini peduli kualitas ibadah tapi tidak relevan. Ibadah yang elitis, tapi miskin dalam makna. Paduan suara nyanyi lagu bahasa asing terlalu sering ibadah menjadi a show for the elitist, hanya 4 orang tahu menyanyi lagu-lagu hymn sementara yang lain memikirkan mau makan siang dimana setelah ibadah, kotbah sangat akurat secara akademis sampai-sampai gereja jadi seminari dan jemaat cuma bertumbuh otaknya tanpa ada perubahan hidup.

Jadi di satu sisi, gereja bisa excellent, tapi tidak relevan. Atau relevan, tapi tidak ada excellence. Tantangan kita adalah menjadi gereja Tuhan yang excel, tetapi relevan. We need to be biblically excellent, but radically relevant.Kita perlu mempunyai kualitas yang tinggi secara Alkitabiah, tetapi juga relevan sampai ke akar-akarnya.

Kedua, gereja tidak memiliki kurikulum pembinaan yang sistematis sehingga kategori-kategori biblikal seperti dosa, kasih karunia, pengampunan, pembenaran, adopsi, eskatologi, dst itu tidak nyantol di benak mereka. Karena itu tidak lebih dari segelintir istilah keagamaan yg tak berdampak apa-apa dalam hidup. Akibatnya kelimpahan kebenaran firman Tuhan seringkali dianggap kuno, kering dan kaku. Tidak ada perasaan antusias untuk mendengar firman Tuhan.
Seorang anak bule berusia sekitar 7 tahun yang duduk satu grup menikmati The Simpson Ride di Krustyland dengan saya dengan energetik berkata, “Saya sudah tiga kali naik ride ini, dan tidak pernah bosan, nanti kita akan ketemu bla…bla…bla…” Rupanya dia memang demen banget dgn Lisa Simpson, gadis jenius yang jago saxophone itu. Saya pikir menjadi tugas orang tua Kristen untuk menanamkan kategori-kategori biblikal kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Dalam anugerah Tuhan, pengenalan mereka akan kebenaran tersebut membuat mereka semakin bergairah mempelajarinya lebih dalam seiring dengan pertumbuhan usia mereka.

Penutup
Tentu Disney dan Universal tidak bisa dibandingkan dengan gereja. Kedua theme parks tersebut adalah ilusi, fantasi, imajinasi, tidak riil. Sementara Gereja Tuhan Yesus riil, ditebus dan dibayar lunas dengan darah Kristus yang riil dalam sejarah, dan sedang bergerak menuju langit dan bumi yang baru.

Kenikmatan yang dialami oleh jutaan pengunjung Universal hanyalah beberapa menit, dan mereka harus kerja keras untuk dapat menikmatinya. Gereja mengalami karunia yang mahal tetapi gratis karena amarah Allah yang suci terhadap dosa manusia ditanggung Kristus di atas salib bagi Anda dan saya, dan diberikan tanpa satupun jasa manusia. Kristus memberikan diri-Nya sebagai kenikmatan dan kepuasan hidup yang sejati di dunia sekarang dan yang akan datang.

Jika manusia berdosa yang tidak mengenal Kristus dapat membangun sebuah Universal theme parks yang semu untuk menyedot jutaan manusia, kita yang telah mengecap kebaikan Allah dalam Kristus Yesus perlu berdoa, berpikir, dan bekerja sama untuk menerapakan excellence dan relevance dalam kita membangun gereja. Demi Kristus, demi Injil-Nya, demi milyaran umat manusia yang dikasihi-Nya