SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Hati-hati Pencopet Hati!

Anda tentu pernah mendengar atau membaca peringatan ini di airport: Any piece of luggage found to be unattended will be confiscated and subject to search by the Airport Authority!

Bayangkan kalau ada peringatan serupa dari surga setiap minggu sekali: Any piece of heart found to be unattended will be confiscated by Satan and subject to search by the Heavenly Authority!

Mungkin Anda akan kaget dan loncat dari kursi Anda.

Cara paling mudah mengetahui letak hati Anda adalah melihat diary dan bank statement Anda. Bagaimana Anda memakai waktu dan uang Anda. Hitung waktu yang Anda habiskan di tempat kerja, di meja belajar, di depan cermin, dengan keluarga/pacar, untuk rekreasi, untuk olah raga, untuk melayani, dst. Kalkulasi berapa uang yang Anda pakai untuk kebutuhan sehari-hari, entertainment, pengembangan diri, pekerjaan Tuhan, dst. Semua hal ini adalah ukuran yang jujur tentang komitmen hati Anda.

Seorang rekan kerja saya di sebuah perusahaan swasta tempat saya pernah bekerja suatu hari mengajak saya naik mobilnya berkeliling melihat rumah-rumah mewah di daerah elit di Surabaya. Saya tanya ke dia: “Kita lagi ngapain sih?” Jawabnya, “Setiap kali aku merasa down, rumah-rumah mewah ini memompa semangatku lagi untuk bekerja keras demi sukses!”

Apa yang memompa semangat Anda dalam 6 bulan terakhir ini kemungkinan besar menjadi indikator dimana Anda meletakkan hati Anda dalam kehidupan ini. Mungkin bukan rumah mewah. Tapi barangkali karir dan promosi jabatan, relasi dengan pacar, ingin diterima & dihormati orang lain, atau self-entertainment. Atau Anda menjawab: Tidak ada yang memompa. Entah hati saya ada dimana. Pokoknya jalani rutinitas saja tiap hari. Kosong. Entahlah ...

Rasul Paulus menasihati orang Kristen Efesus: “Perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup.” Lalu dia memberi kontras antara orang yang bijak dan orang yang bodoh. Bedanya sederhana: Yang bijak mengerti kehendak Tuhan. Dan yang bodoh...kehendaknya sendiri. Orang bijak mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Mengapa? Bukan karena waktu itu singkat, tapi karena jahat. Jahat, karena kita hidup di zaman dimana manusia mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang (2 Tim 3:2).

Dalam konteks tersebut, betapa mudah bagi kita untuk perlahan menggeser hati kita dari Allah ke diri kita sendiri: I, ME, MINE, MYSELF.

Dan yang mendominasi frekuensi gelombang hati adalah suara si jahat: Everyone does this! No one will know! You deserve this! Saat ’selfish gene’ kita kembali bertahta dalam hati, pintu untuk dosa menyelinap masuk terbuka lebar, dan dengan mudah ia tampil dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan kita.

Aneh memang. Ketika orang lain berdosa, kita kaget, namun ketika kita sendiri yang melakukan dosa tersebut, rasanya itu sangat natural. Pemikir Rusia Alexander Solzhenitsyn menulis:

If only there were evil people somewhere insidiously committing evil deeds, and it were necessary only to separate them from the rest of us and destroy them . But the line dividing good and evil cuts through the heart of every human being. And who is willing to destroy a piece of his own heart?

Itu sebab Pengamsal mengingatkan kita “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Tahun 2006 akan segera berlalu, mungkin kita perlu memeriksa apakah hati kita masih ada di tempat yang seharusnya. Awas Copet!