SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Gereja Sarang Penyamun?

Masih ingat film trilogi Godfather? Ada sebuah adegan dalam satu satu film tersebut yang menunjukkan bagaimana seorang anggota mafia datang beribadah di gereja dengan sangat khusuk setelah membunuh seseorang. Dengan demikian, tidak ada yang menyangka ia seorang mafia berdarah dingin!

Ketika bangsa Israel mengalami ‘pertobatan nasional’ yang superfisial dibawah pemerintahan raja Yosia, semua bentuk berhala dihancurkan (2 Raja-raja 22-23). Tetapi berhala-berhala dalam hati mereka tetap utuh. Dalam konteks inilah Yeremia menyampaikan teguran yang sangat keras dari Tuhan:

“Masakah kamu mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu, membakar korban kepada Baal dan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal, kemudian kamu datang berdiri dihadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan, sambil berkata: ‘Kita selamat, supaya dapat pula melakukan segala perbuatan yang keji ini.’ Sudahkah menjadi sarang penyamun rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini?” (Yeremia 7:10-11).”

Ekspositor Alkitab G. Campbell Morgan menulis bahwa sarang penyamun adalah tempat dimana para penyamun bersembunyi setelah mereka melakukan aksi kejahatan.

Memang cara yang paling aman (dan ironis) untuk menutupi dosa kita adalah dengan pergi ke gereja, mengikuti ibadah, dan melibatkan diri dalam berbagai aktifitas gerejawi. Dengan demikian, kita tetap terlihat rohani meski sebenarnya kita hidup jauh dari Tuhan. Orang di sekitar kita berpikir bahwa kita cinta Tuhan, padahal banyak keputusan yang kita ambil & aksi yang kita lakukan menyedihkan hati Tuhan.

Itu sebab jangan heran kalau hari ini kita menyaksikan orang berbondong-bondong datang kepada Tuhan, namun tidak ada perubahan hidup. Jangan kaget kalau gereja penuh dan bermunculan dimana-mana, namun kebejatan moral juga merajalela.

Bukti utama bahwa manusia itu berdosa adalah bahwa ia tidak sadar akan dosanya sendiri, demikian tulis Martin Luther. Seringkali ketika firman Tuhan disampaikan, kita merasa tertantang, tetapi tidak ada perubahan dalam hidup kita. Kotbah yang kita dengar membuat kita merasa tertegur, tapi tidak ada pertobatan. Semakin canggih kita bersandiwara dengan segala tingkah laku rohani kita, semakin terjerumus kita dalam berbagai dosa, dan semakin dashyat penghakiman Allah atas diri kita.