SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Dunia sebagai Kuburan Masal

“I see dead people”

“In your dreams?”

Cole shakes his head no.

“While you're awake?”

Cole nods.

“Dead people like, in graves? In coffins?” “

Walking around like regular people. They don't see each other. They only see what they want to see. They don't know they're dead.”

“How often do you see them?”

“All the time. ”

Percakapan dari film Sixth Sense diatas mungkin terdengar agak menakutkan saat kita menonton filmnya. Namun percapakan tersebut sebenarnya mengandung kebenaran yang dinyatakan oleh Alkitab dalam Efesus 2:1-2 tentang manusia: “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”

Alkitab menyatakan bahwa dunia penuh dengan orang-orang mati rohani yang berjalan, beraktivitas, dan berkarya setiap hari dengan hati yang memberontak kepada Allah. Termasuk Anda dan saya sebelum kita mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

Itu sebab dalam arti rohani dunia kita bagaikan sebuah kuburan masal berukuran global yang dihuni oleh ratusan juta tubuh yang telah membeku, tidak mampu berespon terhadap stimuli apapun. Kemanapun kita menoleh, kita seharusnya berkata seperti Coles dalam film Sixth Sense diatas: “I see dead people!”

Mereka mati rohani karena telinga mereka tidak dapat mendengar suara Allah, mata mereka tidak dapat melihat kemuliaan Allah, dan tangan mereka tidak dapat meraba kebaikan Allah padahal suara Allah, kemuliaan Allah, dan kebaikan Allah telah dinyatakan dalam karya ciptaan Allah (Roma 1:19-21). Namun Anda akan dianggap aneh, kuper, picik, ofensif bahkan gila kalau Anda berkata kepada rekan kerja Anda di kantor: “Hmm . . . tahu tidak, dimata Allah loe sebenarnya kayak orang mati dan akan menerima murka Allah.”

Jika abad ke-20 kekristenan ditolak karena sulit diterima oleh akal, di abad ke-21 kekristenan ditolak karena ajaran-ajarannya yang dianggap sangat tidak toleran. Tapi inilah firman Allah bagi manusia berdosa. Berita yang perlu disampaikan pada setiap individu yang hidup di luar Kristus, termasuk mereka yang hidup bermoral, beramal, dan berdampak positif bagi orang lain (dokter, filantrofis, sukarelawan, tokoh agama, dst.). Bukan dengan arogansi, tetapi dengan hati yang penuh compassion.

Puji Tuhan berita duka kematian tersebut tidak berakhri menyedihkan. Sebagaimana Kristus dalam Yohanes 11:43-44 berseru dengan suara keras kepada seorang yang telah empat hari dikubur dan berbau busuk: “Lazarus, keluar!” untuk membangkitkannya, demikian pula Allah “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan” (Efesus 2:5).

Inilah the great turning point. Karena kasih karuniaNya, kita diberi iman sebagai alat menerima keselamatan Allah berdasarkan pekerjaan Kristus yang telah genap di atas salib. Berita ini pun perlu kita sampaikan kepada manusia berdosa, sambil terus mengingat (Efesus 2:11) bahwa itulah juga kisah hidup kita yang dahulu sebelum kita mengenal Kristus.